Kearifan
Lokal Surabaya
Helmy Kurniawan
1 8 0 8 2 0 1 0 0 3 5
Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Ilmu Komputer
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa
Timur
Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat
yang tidak dapat dipisahkan dari bahasa masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal
(local wisdom) biasanya diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke
generasi melalui cerita dari mulut ke mulut.
Topeng Maulid merupakan salah satu budaya kearifan lokal yang
ada di Surabaya selain ludruk, manten pagon, tari remo, undukan doro dan gulat
okol. Tradisi Topeng Maulud adalah tradisi warga Surabaya
yang sesuai dengan namanya, Maulud (Maulid Nabi) yaitu untuk menyambut hari
kelahiran Nabi Muhammad saw. Tradisi ini dilakukan dengan menampilkan tarian
bernama Tari Gedeg lalu tradisi ini
memakai topeng dan membawa gunungan hasil bumi yaitu buah – buahan, sayur –
sayuran dan jajanan apem dan jajan khas Surabaya. Topeng
muludan adalah sebuah topeng yang terbuat dari kertas, buku dan koran bekas
yang didaur ulang. Berbentuk kepala manusia, cara pembuatannya berasal dari
bahan-bahan tersebut dan ditempel di sebuah cetakan yang terbuat dari semen. Gunungan
hasil bumi dan jajanan itu lalu di bagikan ke warga dan jadi rebutan warga hal
sebagai simbol agar mendapatkan berkah. Tradisi ini merupakan perwujudan rasa
syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas semua rahmat yang diberikan Nya kepada
warga Surabaya.
Pada
mulanya tradisi ini dilakukan oleh anak anak pada tahun 60 an. Pada saat Maulid
Nabi anak- anak di kampung – kampung pada masa itu memakai topeng mainan yang
mereka buat sendiri ataupun di belikan oleh orang tua mereka di pasar dan
tradisi Topeng Maulud menjadi tren pada masa itu. Tapi lama kelamaan tradisi
itu sedikit demi sedikit memudar, dan akhirnya yang terjadi saat ini,
masyarakat banyak yang melupakan tradisi tersebut. Anak-anak zaman sekarang,
telah terkontaminasi dengan budaya-budaya barat, sehingga sama sekali tidak
mengenal apa itu topeng muludan.
Dulunya,
kawasan Girilaya Surabaya punya julukan sebagai kampung topeng Mulud karena
dulu hampir seluruh warga di kawasan ini menjadi pengrajin topeng yang terbuat
dari kertas tersebut. Tapi karena peminatnya sedikit sekarang hanya beberapa
orang saja yang masih menjadi pengrajin topeng mauludan ini. Dan dulu Ketika masa
jayanya topeng muludan, di sepanjang jalan Gubeng besar Surabaya, banyak orang
yang berjualan topeng muludan yang sangat kental dengan karakter hewan terutama
singa. Tidak hanya itu, anak-anak ketika itu pasti ingin membeli topeng
tersebut. Tapi seiring berkembangnya jaman bentuk topeng ini tidak hanya bentuk
hewan tetapi juga bisa robot atau tokoh fiksi kartun dan lain sebagainya.
Pada
tahun 2015 untuk menghidupkan tradisi kearifan lokal Surabaya, yaitu Topeng
Maulud. Pemerintah Kota Surabaya mengadakan festival Topeng maulud yang
berlokasi di Taman Surya di Balai Kota Surabaya dan di Jalan Tunjungan,
Surabaya. Acara itu dimeriahkan oleh hampir 1000 lebih warga Surabaya. Halaman
Taman Surya meriah dengan puluhan topeng
dan gunungan yang berisi berbagai hasil bumi seperti sayur dan buah
serta gunungan yang berisi jajanan khas Surabaya. Walikota Surabaya sekaligus
penggagas acara topeng maulud, Tri Rismaharini mengungkapkan, acara yang sudah
dua kali digelar ini bertujuan agar generasi muda khususnya anak-anak dapat
mengenal tradisi topeng maulud tersebut. Hal ini sangat positif agar tradisi
Surabaya tidak punah termakan oleh zaman. Mari kita bersama sama menjaga
tradisi dan budaya kita di daerah masing masing. Karena jika bukan kita yang
melestarikannya, lalu siapa lagi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar